oleh: Hari (Manajer External Training Program L’Ayurveda)
Alkisah ada seorang pegawai di salah satu BUMN. Pegawai tersebut bekerja dengan cukup baik dan tidak pernah membuat masalah. Tetapi pegawai tersebut selalu dipandang sebagai pegawai yang tidak cakap di mata pimpinan dan bagian lain. Mengapa demikian?
Ternyata karena sang pegawai memiliki sebuah problem yang cukup unik. Sang pegawai, sebut saja sebagai Pak T, selalu mengalami ketegangan luar biasa tiap kali harus berbicara di depan forum yang dihadiri pimpinan. Bahkan Pak T akan mulai tegang dan mengeluarkan keringat dingin saat ia mendapatkan SMS atau WA dari pimpinan yang isinya, “Pak T, hari anu kita akan rapat, tolong persiapkan bahan-bahannya.”
Mungkin ketika membaca cerita tersebut, ada yang berkomentar bahwa kisah tersebut tidak masuk akal. Hanya disuruh rapat atau mendapatkan pesan singkat lewat SMS atau Whatsapp bisa membuat orang sedemikian tegang sehingga tidak mampu membawakan diri dengan baik dalam forum? Bahkan sampai membuat seseorang dianggap tidak cakap dalam pekerjaannya?
Sebelum saya jawab, masih ada satu kisah lain tentang seorang anak SMU. Anak SMU ini memiliki kemampuan di bidang fisika dan matematika yang di atas rata-rata. Anak SMU yang kita sebut sebagai H ini, sering mewakili sekolahnya dalam lomba-lomba fisika dan matematika. Tetapi anak ini sering mengalami masalah yang cukup unik, yaitu keringat dingin dan merasa mulas tiap kali harus maju ke depan mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan di kelas Bahasa Indonesia. Ya, mulas dan berkeringat dingin tiap kali harus maju ke depan mengerjakan soal Bahasa Indonesia.
Kedua kisah tersebut adalah kisah nyata – sehingga nama-namanya hanya ditampilkan sebagai inisial belaka – yang pernah saya temui beberapa tahun silam. Masih ada banyak kisah lainnya selain kedua kisah tersebut. Kisah-kisah dimana orang-orang yang memiliki kemampuan, tiba-tiba “dilumpuhkan” oleh “stress”, oleh “ketegangan”, oleh “ketakutan” mereka sendiri.
Bagi para pembaca yang sedang membaca artikel ini, mungkin Anda bisa mengingat-ingat kembali pengalaman di sekitar Anda. Anda boleh sharing di kolom komentar, atau bahkan mengirimkan email langsung kepada saya di haryadi@pelatihannse.com tentang kisah orang-orang yang dilumpuhkan oleh stress, oleh ketegangan, oleh ketakutan, oleh “pikiran dan perasaan mereka sendiri”. Jangan kuatir, kisah yang Anda kirimkan, bukanlah untuk mengumbar kejelekan orang lain, tetapi sebagai bahan bagi kita untuk belajar betapa “sesuatu yang abstrak bisa melumpuhkan manusia”.
Tentu akan ada yang skeptis yang berpikir, “Lho, itu sih gampang mengatasinya. Berpikir positif saja. Kan persoalan sepele.” Mungkin juga ada yang bilang, “Kok nggak rasional banget, sungguh tidak logis bahwa sebuah SMS atau sebuah WA bisa membuat seseorang sedemikian tegangnya. Lebih tidak masuk akal lagi, seorang anak SMU bisa jadi mulas dan berkeringat dingin hanya karena disuruh maju mengerjakan soal.”
Benar sekali, sahabat sekalian. Memang tidak masuk akal, tidak rasional, tidak logis. Dari mana logikanya kalau mendapatkan WA atau SMS bisa menyebabkan ketegangan? Di mana rasionya soal-soal Bahasa Indonesia membuat seorang anak menjadi mulas dan berkeringat dingin (padahal dia jagoan matematika dan fisika yang sering mengerjakan soal di depan kelas)? Sama tidak masuk akalnya dengan orang-orang yang punya fobia tertentu dan kemudian ketakutan parah padahal itu hal yang biasa-biasa saja.
Membicarakan tentang “pikiran dan perasaan”, tentang “ketakutan”, tentang “ketegangan”, tentang “stress”, tentang “sesuatu yang abstrak” memang seringkali tidak jelas dan tidak logis. Tetapi satu hal yang nyata dan realistis adalah efeknya, akibatnya yang terasa.
Baik Pak T dan Mas H mengalami efek nyata yang mirip-mirip: wajah pucat, badan gemetar, tangan sedingin es, bahkan ada tambahan mulas dan keringat dingin pada Mas H. Pak T mendapatkan tambahan efek sakit kepala dan tergagap saat harus berbicara.
Sahabat sekalian mungkin dengan cepat bisa menambahkan sesuatu di daftar efek yang dirasakan. Ya, ada yang merasakan jantung berdebar begitu cepat (sampai-sampai mengira bahwa jantungnya bermasalah); ada yang ingin pipis berulang kali; ada yang merasakan tenggorokannya kering dan tidak mampu berbicara jelas; ada yang merasakan asam lambungnya naik (sampai bersendawa berkali-kali); ada yang merasakan gatal-gatal di seluruh badan; dan masih banyak lagi.
Mengapa saya menuliskan ini semua? Hanya untuk menunjukkan kepada sahabat sekalian tentang efek realistis dari sesuatu yang dianggap abstrak. Saking abstraknya sehingga kerap diabaikan dan hanya diberikan nasihat, “Jangan stress ya,” atau lebih mengesalkan lagi, “Cuma stress, kok Anda cemen banget sih?” Dan kemudian terjadilah yang seperti dialami oleh Pak T, ketika kinerja tidak memuaskan dan dia dianggap tidak cakap, padahal kecakapan dan kemampuannya tertutupi oleh stress yang tidak mampu dikelolanya.
Lantas, bila kita tahu bahwa stress itu abstrak tapi efeknya realistis dan nyata, bagaimana solusinya?
Bila kita telah mengakui bahwa efek stress itu nyata padahal stress itu sendiri abstrak (walaupun para dokter dan neurosaintis akan mengatakan bahwa stress sekarang bisa diukur dari level hormon tertentu dan menyalanya bagian otak tertentu di otak, tapi saya tidak akan membahas itu), setidaknya kita telah melangkah maju.
Dalam berbagai pelatihan manajemen stress yang diberikan oleh L’Ayurveda, salah satu materi yang dibahas adalah menyadari berbagai akibat nyata dari stress. Mula-mula memang terasa di tataran fisik, tetapi biasanya tidak berhenti di situ saja. Seringkali yang terjadi adalah rembetannya yang kemana-mana, mulai dari perubahan kinerja, hubungan interpersonal, pengambilan keputusan, dan lain-lain.
Catatan: bagi yang ingin membaca lebih lanjut, bisa membacanya di beberapa buku karya Anand Krishna, seperti Ananda’s Neo Self Empowerment, Ananda’s Neo Self Leadership, dan lain-lain.
Ketika telah mengetahui dan mulai menyadari dampak dari stress yang begitu nyata, barulah kemudian muncul pertanyaan berikutnya: apakah stress ini akan dikelola atau tidak? Inilah pemahaman yang coba ditularkan oleh L’Ayurveda kepada para peserta workshop Ayur Stress Management dan jajaran manajemen dari berbagai perusahaan.
“Anda tidak dapat menghindari ketegangan dan tidak usah menghindarinya. Bagaimana mengolah diri Anda, bagaimana menggunakan ketegangan, kegelisahan Anda secara efektif – itu yang dibutuhkan.” Anand Krishna, Humanis Spiritual, Penulis Produktif 170+ buku
Kalimat di atas yang digaungkan oleh Bapak Anand Krishna sejak tahun 1994 merupakan inspirasi untuk program Ayur Management Stress. Kami percaya bahwa stress itu bisa dikelola, bahkan energi stress dapat ditransformasi menjadi energi kreatif untuk berkarya. Kami percaya bahwa manajemen stress yang dilakukan secara tepat dapat menggerakkan seseorang menjadi “Happy, Healthy, and High Performance Professional”.
Kembali ke cerita awal tentang Pak T dan Mas H, bagaimanakah mereka?
Ya, mereka telah berhasil mengelola stress yang terkait hal tersebut dengan baik. Pak T sudah tidak lagi mengalami ketegangan demikian saat mendapatkan pesan via WA dan SMS dari atasannya, bahkan dia sudah tidak gugup saat berbicara. Demikian pula Mas H yang sekarang menjadi kepala cabang untuk kantornya.
Mereka bisa, dan ratusan bahkan ribuan pegawai peserta workshop telah bisa, mengapa Anda dan perusahaan Anda tidak memanfaatkan energi stress untuk menjadi lebih bahagia, lebih sehat, dan menjadi profesional yang berkinerja lebih baik?
Informasi lebih lanjut tentang Ayur Stress Management dapat diklik di sini.
Recent Comments