oleh: Hari (Manajer External Training Program L’Ayurveda)

Pernahkah Anda membaca tentang Dunning-Kruger Effect? Eits, sebelum Anda repot-repot mencari tahu tentang Dunning-Kruger Effect, izinkan saya menuliskannya dari Wikipedia:

In the field of psychology, the Dunning–Kruger effect is a cognitive bias in which people of low ability have illusory superiority and mistakenly assess their cognitive ability as greater than it is. The cognitive bias of illusory superiority comes from the inability of low-ability people to recognize their lack of ability. Without the self-awareness of metacognition, low-ability people cannot objectively evaluate their actual competence or incompetence

Terjemahan bebasnya:

Dalam bidang psikologi, Efek Dunning-Kruger adalah bias kognitif dimana orang-orang dengan kemampuan rendah berilusi dan secara keliru menilai bahwa kemampuan kognitif mereka lebih hebat daripada semestinya. Bias kognitif berupa ilusi kehepabatan ini muncul dari ketidakmampuan orang-orang berkemampuan rendah tersebut untuk mengenali ketidakmampuan mereka. Tanpa kesadaran diri untuk menilai diri sendiri, orang-orang ini tidak mampu mengevaluasi diri mereka secara objektif tentang kemampuan atau ketidakmampuan mereka.

Masih ada lagi yang lain, yaitu Efek Terlalu Percaya Diri

The overconfidence effect is a well-established bias in which a person’s subjective confidence in his or her judgements is reliably greater than the objective accuracy of those judgements, especially when confidence is relatively high. Overconfidence is one example of a miscalibration of subjective probabilities. Throughout the research literature, overconfidence has been defined in three distinct ways: (1) overestimation of one’s actual performance; (2) overplacement of one’s performance relative to others; and (3) overprecision in expressing unwarranted certainty in the accuracy of one’s beliefs.

Terjemahan bebasnya:

Efek Terlalu Percaya Diri adalah bias yang sudah dikenal dan diterima dengan umum (di dunia akademik) yaitu dimana kepercayaan diri subjektif seseorang dalam menilai sesuatu (baik menilai diri, menilai orang lain, dan lain-lain) lebih besar daripada akurasi objektif penilaian tersebut, terutama bila tingkat kepercayaan diri relatif tinggi. Terlalu percaya diri adalah salah satu contoh kekeliruan kalibarasi probabilitas subjektif. Dari riset literatur, efek terlalu percaya diri ini didefinisikan dalam 3 cara; (1) menilai performa diri terlalu tinggi; (2) menempatkan performa diri lebih tinggi daripada performa orang lain; dan (3) keyakinan berlebih dalam mengungkapkan pendapat yang belum tentu teruji kebenarannya.

Saya tidak berbagi tentang hal ini untuk mengkritik siapapun yang membaca. Tidak pula untuk menyindir siapapun. Tulisan ini hanyalah pengingat bagi saya dan bagi para pembaca akan keluhuran petuah orang tua kita yang ternyata terbukti, yaitu:

“Seperti padi, semakin merunduk, semakin berisi”

Bukan berarti tidak boleh mengekspresikan diri, tetapi lebih pada sikap mental yang senantiasa siap belajar. Seperti kata-kata Socrates – sang filsuf yang konon ditahbiskan sebagai orang terbijak di seantero Yunani – sebagaimana diabadikan oleh Plato, sang murid.

I know that I know nothing.

Saya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa.

Open

Informasi & Konsultasi (Phone) 021-75915813